A. Al-Qashar (القصر)
Al-Qashar artinya “pemfokusan” maksudnya
adalah upaya penonjolan, penegasan, atau penekanan pada salah satu unsur atau
bagian kalimat yang dipentingkan. Selanjutnya Uslub Al-Qashar (gaya bahasa
pemfokusan) dilakukan dengan penempatan pada awal kalimat (Al-Taqdim), atau
memakai kata ganti pemisah (Dhamir Al-Fashl), atau dengan menggunakan alat
fokus (Adawatu Al-Qashar), Jadi ada tiga macam gaya pemfokusan yang akan
dikemukakan:
أ) القصر بالتقديم
Di bawah ini beberapa ayat-ayat yang
mengandung uslub qashar dengan (at-Taqdim). Dalam terjemahan dapat digunakan
partikel ‘lah’ atau kata penegas seperti ‘hanya’.
أ) (وَلِلَّهِ) مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَاللَّهُ
عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
kepunyaan Allah-lah kerajaan
langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu
ب) وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
ۖ (وَإِلَى اللَّهِ) الْمَصِيرُ
Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan
bumi dan kepada Allah-lah kembali (semua makhluk).
ج) (لَكُمْ)
دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Untukmu agamamu, dan untukku, agamaku"
د) إِيَّاكَ) نَعْبُدُ ( وَإِيَّاكَ)
نَسْتَعِينُ
Hanya Engkaulah yang kami
sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan
ه) قُلْ هُوَ الرَّحْمَٰنُ آمَنَّا بِهِ (
وَعَلَيْه ) تَوَكَّلْنَا ۖ
Katakanlah: "Dialah Allah Yang Maha
Penyayang kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya-lah kami bertawakkal.
Pada ayat (ه), dalam konteks ‘beriman’ tidak (به امنا) melainkan (امنا به), berarti tidak ada penekanan, sebagai isyarat
bahwa beriman itu tidak hanya kepada Allah, melainkan juga beriman kepada
malaikat, beriman kepada rasul Allah dan sebagainya seperti dalam rukun iman
yang enam, sedangkan dalam ‘tawakkal’ (Al-Qashar bi al-Taqdim) yaitu (عليه توكلنا), sebagai isyarat bahwa sikap tawakkal tiada
lain hanya kepada Allah, tidak boleh bertawakkal kepada selain Allah.
القصر الحقيقي والقصر الاءضافي
Sebaiknya diketahui, uslub al-qashar dari segi
makna pemfokusan dapat dibagi kepada dua macam, yaitu:
-
القصر الحقيقي
-
القصر الاءضافي
1). Al-Qashar Hakiki berarti pemfokusan
hakiki, sebenarnya, mutlak, seperti qashar pada ayat-ayat di atas, yaitu:
أ) وَلِلَّهِ
مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
kepunyaan Allah-lah kerajaan
langit dan bumi
ب) وَإِلَى اللَّه الْمَصِيرُ
dan kepada Allah-lah kembali (semua
makhluk).
د) إِيَّاكَ نَعْبُدُ
Hanya Engkaulah yang kami
sembah
2). Al-Qashar Idhafi adalah pemfokusan
relatif, bukan sebenarnya, bersifat kiasan, karena itu disebut juga dengan (القصر المجازي), kalimat qashar pada ayat-ayat diatas, yaitu:
ج) لَكُمْ
دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Untukmu agamamu, dan untukku, agamaku"
د) وَإِيَّاكَ
نَسْتَعِينُ
dan hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan
Termasuk dalam qashar idhafi, disebut juga
qashar majazi karena pernyataan ‘agama berhala hanya untuk kamu’ dan ‘agama
islam hanya untukku’ (diri Muhammad sendiri), tidak dalam pengertian sebenarnya,
karena pada hakekatnya agama berhala tidak hanya dianut oleh mereka yang pada
saat itu menemui nabi, juga agama islam tidak diperuntukkan hanya bagi Nabi
Muhammad saja, melainkan bagi ummat manusia semuanya. Kalimat qashar tersebut
diungkapkan dalam pengertian majazi (kiasan), yaitu semata-mata hanya untuk
menekankan penolakan Nabi Muhammad Saw. bahwa tidak mungkinnya mencampuradukkan
kedua agama tersebut.
Juga qashar pada (اياك نستعين) bersifat kiasan, karena sebagaimana pendapat
sebagian mufassirin disini berkaitan dengan pekerjaan yang tidak sanggup
dikerjakan dengan tenaga manusia sendiri, sedangkan dalam melakukan
pekerjaan-pekerjaan lainnya justru manusia diharuskan untuk saling menolong
ب) القصر بضمير الفصل
Maksudnya meletakkan dhamir (kata ganti)
antara (mubtada) dan (khabar) yang ma’rifat (diawali ال), disebut (dhamir fashl),
digunakan untuk memberikan ‘pemfokusan’ pada mubtada (subjek). Berikut beberapa
ayat yang mengandung (qashar), dengan struktur: (Al + khabar) +dhamir +
mubtada.
أ) أَمِ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ ۖ(
فَاللَّهُ هُوَ الْوَلِيُّ)...
Atau patutkah mereka mengambil
pelindung-pelindung selain Allah? Maka Allah, Dialah pelindung (yang
sebenarnya)
ب) إِنَّ هَٰذَا
لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ ۚ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا اللَّهُ ۚ ...
Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah
ج ) أُولَٰئِكَ
عَلَىٰ هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ ۖ (وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ)
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari
Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
د) إِنَّ
شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu
dialah yang terputus (dari rahmat Allah)
Memperhatikan konteks kalimat atau konteks
situasi, tanpak uslub qashar pada ayat-ayat (ا ) s/d (
د ) bermakna majazi atau kiasan, tidak dalam
pengertian sebenarnya (hakiki).
ت) القصر بالأدوات
Disini qashar (pemfokusan) dilakukan dengan
menggunakan (اداوت القصر), yaitu ( انما) dan ( الآ +النفي اداوت ), dalam struktur:
|
ب- ادوات النفي (لا/ما/ان)...+الآ..
|
أ- انما + جملة
|
ا) انما + فعل فاعل/مبتدأ خبر
Perlu diperhatikan, bahwa dalam uslub ( القصر بإنما ) unsur atau fungsi kalimat yang difokuskan
maknanya terletak pada akhir kalimat, bukan pada awal kalimat seperti
pada uslub taqdim, seperti kata-kata dalam kurung pada ayat-ayat berikut.
1) إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ( الْعُلَمَاءُ) إِنَّ
اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun.
(2أَفَمَنْ
يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَىٰ
ۚ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ (أُولُو الْأَلْبَابِ)
Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat
mengambil pelajaran,
(3 وَلَا تَقُولُوا
ثَلَاثَةٌ ۚ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ ۚ إِنَّمَا اللَّهُ (إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ )
Sesungguhnya Allah hanyalah Tuhan Yang Maha Esa,
(4وَإِذَا قِيلَ
لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ (مُصْلِحُونَ)
Dan bila dikatakan kepada mereka:
"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab:
"Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan"
(5وَإِذَا لَقُوا
الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا
إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ (مُسْتَهْزِئُونَ)
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang
yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila
mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan:
"Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok".
Penjelasan:
1. pernyataan pada uslub qashar ayat 1 dan 2
menunjukkan pengertian yang sebenarnya, maka disebut (qashar hakiki).
2. adapun uslub qashar ayat 3, 4 dan 5, tidak
dalam pengertian yang sebenarnya (hakiki), melainkan dalam pengertian majazi,
kiasan, disebut (qashar idhafi) atau qashar majazi, dapat dijelaskan sebagai
berikut.
- Pada ayat 3 Tuhan itu tidak hanya bersifat ‘Maha Esa’, tapi juga (الملك القدوس السلام المؤمن المهيمن ) penekanan pada sifat ‘Esa’, untuk membantah
keyakinan ‘Tuhan itu tiga’ seperti yang dianut orang Nasrani.
- ayat 4 bukan qashar hakiki, tetapi qashar idhafi, karena maknanya sebagai
bantahan dari orang munafik kepada pihak yang menuduh mereka selalu membuat
kerusakan.
- ayat 5 juga bukan qashar hakiki, karena perbuatan orang munafik
sehari-hari tidak hanya berolok-olok saja, tetapi qashar idhafi dengan tujuan
untuk meyakinkan para pemimpin mereka bahwa pengakuan beriman di depan
orang-orang mukmin hanyalah berolok-olok saja.
ب) النفي (لا/ما/ان)... + الا
Perlu diperhatikan, bahwa dalam uslub (القصر بالنفي والآ ) unsur atau fungsi kalimat yang
difokuskan maknanya terletak pada akhir kalimat, tegasnya setelah الآ
(1اللَّهُ (لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ) الْحَيُّ
الْقَيُّومُ ۚ
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) hanyalah Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus
(makhluk-Nya);
(2(لَا
يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ )لَهَا مَا كَسَبَتْ
Allah tidak membebani seseorang hanyalah sesuai dengan kesanggupannya.
(3(وَمَا
مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ) قَدْ خَلَتْ
مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ َ
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang
rasul
(4وَإِنْ
تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا ۚ (وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ)
Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu
mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan
menyampaikan (amanat Allah) dengan terang".
(5 قَالُوا مَا أَنْتُمْ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا وَمَا أَنزلَ الرَّحْمَنُ
مِنْ شَيْءٍ) إِنْ أَنْتُمْ إِلا تَكْذِبُونَ(
"Kamu
tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak
menurunkan sesuatu pun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka.”
) (6إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ) لِقَوْمٍ
يُؤْمِنُون
Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan,
dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman".
Penjelasan:
1. Pernyataan dalam qashar ayat 1 dan 2
menunjukkan pengertian yang sebenarnya, maka disebut qashar idhafi.
2. Qashar pada ayat 3, 4, 5, dan 6, tidak
dalam pengertian hakiki (sebenanrnya), melainkan dalam pengertian majazi, yang
disebut qashar idhafi sebagai berikut:
- pada ayat 3 sebenarnya Muhammad selain sebagai Rasul, juga sebagai
manusia biasa (sebagai pemimpin umat, kepala rumah tangga dan sebagainya).
- pada ayat 4 ini pun qashar idhafi, karena maknanya untuk meyakinkan orang
bahwa taat tidaknya seseorang bukan urusan Muhammad, melainkan urusan Tuhan.
Muhammad hanya sebagai (البلاغ المبين).
- pada ayat 5 juga qashar idhafi dikaitkan dengan penolakan mereka terhadap
ajakan para rasul, yang dibawa para rasul itu menurut mereka hanyalah bohong
belaka.
- pada ayat 6 juga qashar idhafi, karena bertujuan tiada lain untuk
meyakinkan bahwa nabi pun tidak mengetahui perkara gaib, termasuk hari kiamat
yang mereka pertanyakan, nabi hanyalah sebagai (نذير وبشير).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar