Selasa, 10 April 2018

balaghah, ilmu ma'ani القصر


A. Al-Qashar  (القصر)
Al-Qashar artinya “pemfokusan” maksudnya adalah upaya penonjolan, penegasan, atau penekanan pada salah satu unsur atau bagian kalimat yang dipentingkan. Selanjutnya Uslub Al-Qashar (gaya bahasa pemfokusan) dilakukan dengan penempatan pada awal kalimat (Al-Taqdim), atau memakai kata ganti pemisah (Dhamir Al-Fashl), atau dengan menggunakan alat fokus (Adawatu Al-Qashar), Jadi ada tiga macam gaya pemfokusan yang akan dikemukakan:
أ) القصر بالتقديم
Di bawah ini beberapa ayat-ayat yang mengandung uslub qashar dengan (at-Taqdim). Dalam terjemahan dapat digunakan partikel ‘lah’ atau kata penegas seperti ‘hanya’.
 أ) (وَلِلَّهِ)  مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu
 ب) وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ (وَإِلَى اللَّهِ)  الْمَصِيرُ
Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan kepada Allah-lah kembali (semua makhluk).
 ج) (لَكُمْ)  دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Untukmu agamamu, dan untukku, agamaku"
 د) إِيَّاكَ) نَعْبُدُ ( وَإِيَّاكَ) نَسْتَعِينُ 
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan
 ه) قُلْ هُوَ الرَّحْمَٰنُ آمَنَّا بِهِ ( وَعَلَيْه ) تَوَكَّلْنَا ۖ
Katakanlah: "Dialah Allah Yang Maha Penyayang kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya-lah kami bertawakkal.  
Pada ayat (ه), dalam konteks ‘beriman’ tidak (به امنا) melainkan (امنا به), berarti tidak ada penekanan, sebagai isyarat bahwa beriman itu tidak hanya kepada Allah, melainkan juga beriman kepada malaikat, beriman kepada rasul Allah dan sebagainya seperti dalam rukun iman yang enam, sedangkan dalam ‘tawakkal’ (Al-Qashar bi al-Taqdim) yaitu (عليه توكلنا), sebagai isyarat bahwa sikap tawakkal tiada lain hanya kepada Allah, tidak boleh bertawakkal kepada selain Allah.
القصر الحقيقي والقصر الاءضافي
Sebaiknya diketahui, uslub al-qashar dari segi makna pemfokusan dapat dibagi kepada dua macam, yaitu:
- القصر الحقيقي
- القصر الاءضافي
1). Al-Qashar Hakiki berarti pemfokusan hakiki, sebenarnya, mutlak, seperti qashar pada ayat-ayat di atas, yaitu:

 أ) وَلِلَّهِ  مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi
 ب) وَإِلَى اللَّه  الْمَصِيرُ
dan kepada Allah-lah kembali (semua makhluk).
 د) إِيَّاكَ نَعْبُدُ
Hanya Engkaulah yang kami sembah
2). Al-Qashar Idhafi adalah pemfokusan relatif, bukan sebenarnya, bersifat kiasan, karena itu disebut juga dengan (القصر المجازي), kalimat qashar pada ayat-ayat diatas, yaitu:
 ج) لَكُمْ  دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Untukmu agamamu, dan untukku, agamaku"
د) وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan
Termasuk dalam qashar idhafi, disebut juga qashar majazi karena pernyataan ‘agama berhala hanya untuk kamu’ dan ‘agama islam hanya untukku’ (diri Muhammad sendiri), tidak dalam pengertian sebenarnya, karena pada hakekatnya agama berhala tidak hanya dianut oleh mereka yang pada saat itu menemui nabi, juga agama islam tidak diperuntukkan hanya bagi Nabi Muhammad saja, melainkan bagi ummat manusia semuanya. Kalimat qashar tersebut diungkapkan dalam pengertian majazi (kiasan), yaitu semata-mata hanya untuk menekankan penolakan Nabi Muhammad Saw. bahwa tidak mungkinnya mencampuradukkan kedua agama tersebut.
Juga qashar pada (اياك نستعين) bersifat kiasan, karena sebagaimana pendapat sebagian mufassirin disini berkaitan dengan pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga manusia sendiri, sedangkan dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan lainnya justru manusia diharuskan untuk saling menolong
ب) القصر بضمير الفصل
Maksudnya meletakkan dhamir (kata ganti) antara (mubtada) dan (khabar) yang ma’rifat (diawali ال), disebut (dhamir fashl), digunakan untuk memberikan ‘pemfokusan’ pada mubtada (subjek). Berikut beberapa ayat yang mengandung (qashar), dengan struktur: (Al + khabar) +dhamir + mubtada.
 أ) أَمِ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ ۖ( فَاللَّهُ هُوَ الْوَلِيُّ)...
Atau patutkah mereka mengambil pelindung-pelindung selain Allah? Maka Allah, Dialah pelindung (yang sebenarnya)
ب) إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ ۚ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا اللَّهُ ۚ ...
Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah
ج ) أُولَٰئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ ۖ (وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ)
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
د) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (dari rahmat Allah)
Memperhatikan konteks kalimat atau konteks situasi, tanpak uslub qashar pada ayat-ayat (ا ) s/d (  د ) bermakna majazi atau kiasan, tidak dalam pengertian sebenarnya (hakiki).
ت) القصر بالأدوات
Disini qashar (pemfokusan) dilakukan dengan menggunakan (اداوت القصر), yaitu ( انما) dan ( الآ +النفي  اداوت ), dalam struktur:
ب- ادوات النفي (لا/ما/ان)...+الآ..
أ- انما + جملة

           ا) انما + فعل فاعل/مبتدأ خبر
Perlu diperhatikan, bahwa dalam uslub ( القصر بإنما ) unsur atau fungsi kalimat yang difokuskan maknanya terletak pada akhir kalimat, bukan pada awal kalimat seperti pada uslub taqdim, seperti kata-kata dalam kurung pada ayat-ayat berikut.
1) إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ( الْعُلَمَاءُ) إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
 (2أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَىٰ ۚ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ (أُولُو الْأَلْبَابِ)
Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran,
 (3 وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ ۚ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ ۚ إِنَّمَا اللَّهُ (إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ )
Sesungguhnya Allah hanyalah Tuhan Yang Maha Esa,
 (4وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ (مُصْلِحُونَ)
Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan"
 (5وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ (مُسْتَهْزِئُونَ)
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok".
Penjelasan:
1. pernyataan pada uslub qashar ayat 1 dan 2 menunjukkan pengertian yang sebenarnya, maka disebut (qashar hakiki).
2. adapun uslub qashar ayat 3, 4 dan 5, tidak dalam pengertian yang sebenarnya (hakiki), melainkan dalam pengertian majazi, kiasan, disebut (qashar idhafi) atau qashar majazi, dapat dijelaskan sebagai berikut.
- Pada ayat 3 Tuhan itu tidak hanya bersifat ‘Maha Esa’, tapi juga (الملك القدوس السلام المؤمن المهيمن ) penekanan pada sifat ‘Esa’, untuk membantah keyakinan ‘Tuhan itu tiga’ seperti yang dianut orang Nasrani.
- ayat 4 bukan qashar hakiki, tetapi qashar idhafi, karena maknanya sebagai bantahan dari orang munafik kepada pihak yang menuduh mereka selalu membuat kerusakan.
- ayat 5 juga bukan qashar hakiki, karena perbuatan orang munafik sehari-hari tidak hanya berolok-olok saja, tetapi qashar idhafi dengan tujuan untuk meyakinkan para pemimpin mereka bahwa pengakuan beriman di depan orang-orang mukmin hanyalah berolok-olok saja.

ب) النفي (لا/ما/ان)... + الا
Perlu diperhatikan, bahwa dalam uslub (القصر بالنفي والآ ) unsur atau fungsi kalimat yang difokuskan maknanya terletak pada akhir kalimat, tegasnya setelah الآ
(1اللَّهُ (لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ) الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) hanyalah Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya);
 (2(لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ )لَهَا مَا كَسَبَتْ  
Allah tidak membebani seseorang hanyalah sesuai dengan kesanggupannya.
 (3(وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ)  قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ َ
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul
 (4وَإِنْ تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا ۚ (وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ)
Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang".
 (5 قَالُوا مَا أَنْتُمْ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا وَمَا أَنزلَ الرَّحْمَنُ مِنْ شَيْءٍ) إِنْ أَنْتُمْ إِلا تَكْذِبُونَ(
"Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatu pun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka.”
) (6إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ) لِقَوْمٍ يُؤْمِنُون
Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman".
Penjelasan:
1. Pernyataan dalam qashar ayat 1 dan 2 menunjukkan pengertian yang sebenarnya, maka disebut qashar idhafi.
2. Qashar pada ayat 3, 4, 5, dan 6, tidak dalam pengertian hakiki (sebenanrnya), melainkan dalam pengertian majazi, yang disebut qashar idhafi sebagai berikut:
- pada ayat 3 sebenarnya Muhammad selain sebagai Rasul, juga sebagai manusia biasa (sebagai pemimpin umat, kepala rumah tangga dan sebagainya).
- pada ayat 4 ini pun qashar idhafi, karena maknanya untuk meyakinkan orang bahwa taat tidaknya seseorang bukan urusan Muhammad, melainkan urusan Tuhan. Muhammad hanya sebagai (البلاغ المبين).
- pada ayat 5 juga qashar idhafi dikaitkan dengan penolakan mereka terhadap ajakan para rasul, yang dibawa para rasul itu menurut mereka hanyalah bohong belaka.
- pada ayat 6 juga qashar idhafi, karena bertujuan tiada lain untuk meyakinkan bahwa nabi pun tidak mengetahui perkara gaib, termasuk hari kiamat yang mereka pertanyakan, nabi hanyalah sebagai (نذير وبشير).